Minggu, 07 Maret 2010

sepertitelur

pernah kalian baca buku tentang suatu keadaan ketika kita merasa berada di ambang titik kejenuhan//
masa dimana kita merasa tak seharusnya berada//
karena kita tak ingin / karena kita tak mau / karena kita tak nyaman//
suasana seperti kata pepatah "seperti telur di ujung tanduk"//
tapi tanduk yang mana?//
tanduk siapa?//
telur yang mana?//
telur siapa?//
terus ku cari jawaban akan tanya yang terus membanyang dalam diri hingga anganku//
adakah kalian membantuku//

Jumat, 06 November 2009

Di balik Skenario

hari ketika dimana mentari terus bersinar dari ufuk timur /
dengan warna cerah dan kukuk ayam melengking / terdengar jerit disertai sirine //
" ada apa? "
" ada yang tertangkap! "
" tertangkap! siapa? kenapa? "
" itu loh, yang kecil melata di tembok! "
" apa sih????? "
" itu loh!!! "
" jadi penasaran "
" yang melata di tembok! cicak..cicak! "
" yang katanya ditangkap buaya ta! "
percakapan itu terus menggema / hingga kini / bak pembagian sembako yang rame di serbu massa //
namun / makhluk selain mereka tak lagi diam / kini semua berkoar / mencakar / menerkam / hingga titik terang mulai tampak di antaranya //
dan ketika mentari kembali keperaduannya / bersama merah merona warna / satu jawab akan jelas //

ikhwan k@chonk

Minggu, 09 Agustus 2009

PELAJAR BERJUANGLAH!

Maju terus dunia pendidikan!

Bersama pagi kita jelang hari cerah penuh semangat” (ikhwan k@chonk)

Setelah berjuang penuh keyakinan dan tetap berdoa kepadaNya akhirnya dapat mereka nikmati buah hasil kerja keras mereka untuk terus menatap penuh yakin lembar demi lembar kertas kosong dan tinta yang terbungkus rapi hingga kelak tak akan ada lagi lembar kosong.

Mungkin itulah gambaran situasi yang dialami dan akan dialami oleh pelajar di Indonesia. Setelah kemarin siswa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama(SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) berjuang untuk menentukan nasib perjalanan mereka dalam dunia pendidikan. Tak sedikit di antara mereka yang menangis histeris karena terganjal untuk terus menikmati indahnya dunia sekolah. Namun, bagi mereka yang lulus bahkan dengan predikat memuaskan tak henti-hentinya jingkrak-jingkrak kegirangan.

Namun, apapun yang merela dapat bukanlah akhir dari perjalanan hidup. Bahkan, mungkin hal ini merupakan awal menuju tercapainya cita. Jadi teruslah berjuang. Setiap melewati jenjang pendidikan akan mengantarkan mereka kepada pembentukan mental dan pola pikir yang lebih baik. Bagi siswa SD ketika mereka melangkah pada jenjang SMP maka diperlukan pembiasaan atau adaptasi baik itu sikap maupun kebiasaan mereka, begitu juga pada jenjang berikutnya dan itu memang merupakan tujuan dari adanya tingkatan jenjang pendidikan.

Dunia pendidikan mempunyai tugas mulia untuk mencerdaskan generasi bangsa ini demi tercapainya bangsa Indonesia yang adil dan makmur. Tidak hanya dari segi intelegensi namun pendidikan moral juga merupakan fokus pencapaian yang menjadi salah satu indikator keberhasilan. Fakta menyebutkan tidak sedikit masyarakat kita yang notabene tergolong masyarakat berpendidikan namun sikap mereka minim. Hal ini dikarekan tidak berimbangnya intelegensi dan moral. Oleh karena itu, keduanya harus berjalan seimbang. Selain itu, agama juga menjadi penentu untuk mengontrol sikap. Pepatah mengatakan “ilmu tanpa agama adalah buta, sedangkan agama tanpa ilmu adalah lumpuh”.

Oleh karena itu, wahai kalian generasi muda generasi penerus bangsa, teruslah belajar dan ukirlah prestasi setinggi mungkin. Buatlah orang lain yang melihat kalian tersenyum akan kalian. Dan ingatlah akan moral dan agama sebagai jati diri kalian.

Maju terus dunia pendidikan!

Sabtu, 02 Mei 2009

UNAS Masih Perlu Dipertanyakan!

  Ujian Akhir Nasional atau UNAS merupakan ujian terkhir siswa guna kenaikan menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Bagi siswa sekolah dasar (SD) merupakan penentuan kelulusan menuju jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (SMP), bagi siswa SMP merupakan jembatan menuju sekolah menengah atas (SMA). Di setiap jenjang pendidikan, pelaksanaan UNAS dilakukan secara serentak dengan tujuan menghindari kecurangan atau bocornya soal. 
  Banyak persiapan yang telah diupayakan baik oleh pihak sekolah maupun siswa sendiri. Menjelang UNAS pihak sekolah mengadakan pelajaran tambahan guna menambah dan mengasah kemampuan siswa terutama pelajaran yang akan diUNASkan. Selain itu, pihak sekolah juga mengadakan try out guna mengasah kemampuan siswa dengan berlatih soal-soal UNAS pada tahun-tahun sebelumnya. 
  Sedangkan upaya dari pihak siswa selain hal tersebut di atas ialah mereka mengikuti bimbingan belajar (bimbel) di luar sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan ternama dengan harapan mendapatkan trik atau tips dalam mengerjakan soal ujian. Semua mereka lakukan untuk lulus dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi bagi yang mampu. Di sisi lain, tak sedikit orang tua yang juga ikut bimbang dan gelisah memikirkan anaknya. Akankah mereka lulus? atau malah nasib berkata lain! Tidak sedikit pula siswa yang menghalalkan segala cara untuk lulus dalam UNAS meski harus curang, entah mencari dan membeli bocoran jawaban soal UNAS. Hal ini mereka lakukan untuk bisa lulus. 
  UNAS merupakan masa-masa penentu nasib siswa. Akankah mereka berganti seragam? Setelah lama mengenyam pendidikan di bangku sekolah ternyata nasib mereka ditentukan hanya dalam waktu tiga hari saja. Dan pilihan bagi mereka hanya: lulus atau tinggal kelas. 
  Selain itu, penentuan standar nilai kelulusan bagi siswa kian tahun kian meningkat. Hal ini berlaku di se-antero nusantara_Indonesia_dari ujung barat hingga ujung timur_dari Sabang sampai Merauke_baik sekolah di kota atau pun di plosok semua sama. Para praktisi pendidikan berkilah bahwa ini merupakan tahap menuju pendidikan yang lebih baik. 
  Pertanyaan yang muncul ialah: apakah langkah ini benar atau malah tindakan membabi buta? Ketika standar kelulusan dinaikkan memang ada korelasi bahwa pendidikan akan meningkat apabila siswa mampu mencapai standar yang telah ditentukan tersebut. Namun, penentuan stardar kelulusan harusnya mempertimbangkan banyak hal yang berkaiatan dengan pembelajaran di sekolah antara lain; fasilitas dalam pembelajaran. Peningkatan pembelajaran tanpa diimbangi fasilitas yang baik maka pembelajaran akan berjalan tidak seimbang. 
  Kemampuan siswa adalah heterogen. Perbedaan letak geografis sangat memungkinkan memunculkan perbedaan kemampuan siswa apalagi fasilitas yang digunakan tiap sekolah tidaklah sama. Oleh karena itu, masih patut dipertanyaan apakah kebijakan yang ditempuh oleh praktisi pendidikan tersebut adalah langkah yang benar? Berdasarkan sekelumit kata di atas ada beberapa hal yang perlu diingat yaitu;
1. nasib siswa ditentukan dalam waktu tiga hari
2. kemampuan siswa heterogen
3. peningkatan pembejaran haruslah diimbangi dengan fasilitas yang memadai.
  Memperhatikan tiga hal di atas, memunculkan pertanyaan baru bagi saya, mungkin juga bagi anda semua. Pertanyaan ialah adakah penilaian yang lebih adil untuk mengetahui dan mengukur sejauh mana kemampuan siswa menguasai pelajaran? Bukankah aspek penilaian dalam pembelajaran tidak hanya satu aspek?

Jumat, 24 April 2009

MEDIA PEMBELAJARAN = KUNCI SUKSES BELAJAR SISWA

     Sekolah merupakan rumah kedua bagi siswa. Sekolah adalah tempat siswa mengenyam pendidikan formal. Pendidikan yang sangat berguna bagi masa depan mereka kelak. Oleh karena itu siswa harus dibuat betah selama mengenyam pendidikan di sekolah. Dengan terciptanya suasana yang nyaman maka kegiatan selama di sekolah bisa berjalan dengan nyaman pula. 
    Kegiatan utama siswa di sekolah adalah belajar. Nah, sekarang bagaimana caranya menciptakan suasana belajar yang menarik dan tidak membosankan? Dengan menciptakan pembelajaran yang menarik maka pelajaran akan mudah diterima oleh siswa. Permasalahan inilah yang dihadapi guru di kelas. Guru sebagai fasilitator sering kewalahan untuk menangani siswa di kelas. Kurangnya penguasaan metode atau strategi pembelajaran inilah yang menjadi sebab utama terjadinya masalah tersebur. Guru di kela cenderung berceramah dalam menerangkan pelajaran sehingga suasana yang tercipta sangatlah monoton. 
      Oleh karena itu diperlukan gebrakan dalam dunia pendidikan kita. Kebiasaan berceramah lambat laun harus ditinggalkan dan beralih pada penerapan metode atau strategi pembelajaran yang modern. Salah satu alternatif untuk menciptakan suasana belajar yang menarik seorang guru bisa menggunakan media belajar. Media pembelajaran merupakan alat bantu guru dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan penggunaan media pembalajaran maka bisa menciptakan kesan menyenangkan bagi siswa. 
      Menurut Sudjana dan Rivai, dengan penggunaan media pemabajaran maka Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
    Hal ini sudah banyak dibuktikan oleh peneliti dan guru di kelas. Oleh karena bagi guru penggunaan media pembelajaran bisa dijadikan alternatif dalam menciptakan proses belajar mengajar yang menarik dan tidak monoton. Tinggalkan metode lama dan beralihlah ke metode modern segera!
     Menggunakan media pembelajaran? Kenapa tidak!


Kamis, 23 April 2009

Antara Guru, Siswa dan Dunia Pendidikan

 “Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru”

      Sekolah adalah tempat para siswa belajar dan menimba ilmu pengetahuan. Di sekolahlah tempat bertemunya guru dan siswa. Guru sebagai panutun di sekolah haruslah memberikan contoh yang baik bagi anak didiknya (siswa). Sama halnya dengan pepetah Jawa yang mengatakan “guru itu digugu lan ditiru”.
       Dalam hal ini guru mempunyai peran yang sangat penting Oleh karena itu guru sepatutunya mampu memberikan contoh kepada siswa baik perilaku maupun sikap yang mencerminkan kepribadian seseorang yang bersahaja. Namun akhir-akhir ini dunia pendidikan di negeri ini tercoreng oleh sikap dan perilaku guru yang menyimpang. Di beberapa daerah dikabarkan bahwa seorang guru melakukan tindakan asusila terhadap anak didiknya. Tindakan pencabulan ataupun kekerasan terhadap siswa kerap kali diberitakan oleh media.
      Hal ini sungguh mencoreng nama baik guru dan sekolah terlebih lagi bagi dunia pendidikan. Guru yang seharusnya menjadi panutan malah melakukan hal yang tidak mulia. 
Peristiwa berikutnya yang juga mencoreng dunia pendidikan adalah sikap dan perilaku siswa yang menyimpang. Tersebarnya video-video porno yang melibatkan siswa sebagai pelakunya sudah banyak terungkap. Hal ini juga diperparah oleh berita yang menyebutkan banyaknya siswa yang melakukan tindakan kekerasan baik di lingkungan sekolah ataupun diluar. Di Sumatera dikabarkan siswa melakukan duel di sekolah hingga babak belur. Di daerah lain juga terjadi hal serupa yang menyebutkan siswa bertengkar demi memperebutkan seorang cowok yang terjadi di lingkungan sekolah.
      Inikah imbas dari buruknya dunia pendidikan kita dan kurangnya kesadaran diri. Guru dan siswa merupakan orang-orang terpelajar namun sikap dan perilakunya tidak mencerminkan sikap orang terpelajar. Guru dalam hal ini tidak bisa ditiru perilakunya. Begitu juga dengan perilaku siswa yang menyimpan. Sikap menyimpang tersebut tidak dibenarkan dalam dunia pendidikan.
      Peristiwa-peristiwa di atas senada dengan Peribahasa yang mengatakan bahwa “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Jadi, ketika guru sudah tidak bisa memberikan contoh yang baik bagi siswanya maka sangat dimungkinkan akan terjadi perilaku menyimpan pada siswa meskipun tidak sepenuhya faktor tersebut yang mempengaruhi.
Pertanyaan berikutnya yang muncul ialah bagaimana nasib negara ini kedepan jikalau generasi penerusnya sudah tidak beretika? 
      Ingat! “Genarasi Muda adalah Generasi Penerus Bangsa. Genarasi yang akan Menentukan Arah Pergerakan Bangsa.”
      Ingat! “Peran Guru Sangatlah Dibutuhkan untuk Mengarahkan Generasi Muda Negara Ini!”

Senin, 20 April 2009

PENDIDIKAN: JEMBATAN MENUJU SENAYAN

Untukmu yang duduk sambil diskusi,
 untukmu yang biasa bersafari di sana
 di Gedung DPR”
      Penggalan sajak lagu karya Iwan Fals di atas sangat cocok untuk menggambarkan situasi dan kondisi yang sedang di hadapi bangsa kita tercinta. Bangsa yang menganggap demokrasi merupakan paham yang harus dijunjung tinggi sebagai kedaulatan bangsa. Paham yang menjunjung asas kerakyatan yang disebut dengan trilogi demokrasi yaitu pemerintahan oleh rakyat, dari rakyat, dan untuk rakyat. Namun siapkah kita untuk melaksanakannya?
     Salah satu kunci penentu kebijakan bangsa ini ialah berada pada pundak wakil rakyat yang lebih dikenal dengan sebutan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Di tangan merekalah nasih bangsa ini akan dipertaruhkan. Baik-buruk, maju-mundur, sejahtera atau malah sengsara. Itulah yang sedang kita pertaruhkan. Sedangkan di sisi lain. Para calon pengembang tugas tersebut saling berlomba-lomba menuju Gedung DPR Senayan.
     Hal tersebut masih kita rasakan. Pada tanggal 9 April 2009 lalu pesta demokrasi tersebut berlangsung. Rakyat memilih calon yang bisa dan mampu untuk menyuarakan aspirasinya di pemerintahan melalui pemilu calon legeslatif. Namun jauh sebelum pesta tersebut belangsung, tiap calon mengadakan kampanye untuk menarik simpati dari masyarakat. Dalam kampanye tersebut para caleg menyatakan janjinya dan salah satu janji yang santer ialah mengenai pendidikan gartis.
     Hampir semua caleg menjanjikan perbaikan di bidang pendidikan. Sungguh hal yang ironis. Pesta rakyat ini bukan kali pertama di negari ini. Dan janji tersebut sudah sering terlontar pada pesta-pesta sebelumnya. Namun apa yang terjadi setelah pesta demokrasi selesai dan mereka terpilih? Sudahkan mereka menepati janjinya? ”PENDIDIKAN MURAH BAHKAN GRATIS”.. 
      Pendidikan di negara kita masih tergolong sangat mahal. Masih banyak masyarakat kita yang belum merasakan nikmatnya bangku sekolah. Jangkan buat sekolah, buat kebutuhan sehari-hari saja mereka masih kebingungan Oleh karena itu, permasalah tersebut harus segera diselesaikan dan ditangan penentu kebijakanlah permasalahan tersebut bisa diselesaikan. Jangalah Pendidikan hanya digunakan sebagai jembatan untuk menuju kesuksesan pribadi tapi buktikan janji tersebut dengan hasil nyata.
      ”Wahai wakil rakyat, jangalah kalian menjadi pemimpin yang lupa akan daratan. Jadilah pemimpin yang mewarisi sifat-sifat para Nabi dan sahabatnya”. Dan untuk masyarakat, pandai-pandailah memilih wakil rakyat yang akan memperjuangkan nasib kita di pemerintahan. Pepatah mengatakan ”jangalah memilih kucing dalam karung”.